Politik

Menjaga Kemabruran Ibadah Haji

×

Menjaga Kemabruran Ibadah Haji

Sebarkan artikel ini



loading…

Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi. FOTO/DOK.BAZNAS

Ahmad Zayadi
Direktur Penerangan Agama Islam

PENYELENGGARAAN ibadah haji tahun 2025 telah berlangsung dengan lancar dan tertib. Ratusan ribu jemaah Indonesia berhasil menunaikan rangkaian manasik haji di Tanah Suci dengan aman, nyaman, ramah, dan penuh khidmat. Keberhasilan ini tidak terlepas dari semangat gotong royong, kebersamaan, dan kolaborasi berbagai pihak yang bekerja bahu-membahu, mulai dari pemerintah, petugas, pembimbing, hingga jemaah itu sendiri.

Apresiasi tinggi layak kita berikan kepada para petugas haji yang telah berkhidmat tanpa lelah. Mereka melayani jemaah dengan penuh kesabaran, ketulusan, dan dedikasi di tengah tantangan yang tidak ringan. Spirit melayani yang mereka tunjukkan menjadi wajah keikhlasan ibadah itu sendiri.

Capaian ini bukan hanya soal administratif, tetapi cerminan dari kesiapan mental-spiritual bangsa dalam mengelola ibadah berskala global. Namun, ketika para jemaah kembali ke tanah air dengan gelar “haji” dan “hajjah”, satu pertanyaan utama tetap perlu digemakan: bagaimana ‘kemabruran’ itu dijaga?

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya, “Haji yang mabrur, tiada balasan lain kecuali surga” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sabda ini bukan sekadar janji eskatologis, tapi penanda bahwa kualitas haji tidak hanya diukur dari keberangkatan dan kepulangan, melainkan pada transformasi hidup setelahnya. Maka, ‘kemabruran’ bukanlah titik akhir dari ibadah haji, melainkan titik balik menuju kehidupan yang lebih bermakna, sebagaimana ditekankan dalam kerangka maqashid al-syari’ah.

Sayangnya, banyak orang masih memaknai kemabruran secara sempit: sebagai keberhasilan melaksanakan seluruh rukun dan wajib haji secara sah. Padahal, para ulama sejak lama menegaskan bahwa mabrur bukan sekadar status hukum fikih, melainkan cerminan perubahan akhlak dan orientasi hidup. Dalam kerangka ini, haji yang mabrur adalah haji yang berdampak, yakni bukan hanya pada diri, tetapi juga pada lingkungan sosial dan bahkan ekologis.

Kemabruran dan Transformasi Sosial-Ekologis

Secara sosiologis, ibadah haji mengandung kekuatan simbolik yang luar biasa. Di Tanah Suci, semua manusia disatukan dalam balutan ihram, menanggalkan atribut duniawi, status sosial, dan ego pribadi. Haji menjadi ajang latihan kerendahan hati, kesabaran, dan kesetaraan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

dari narik angkot jadi investor semua berkat scatter mahjong ways 3penjual gorengan sukses jp mahjong wins 2 modalnya buat bisnis naik 100x lipatmahjong deposit receh membantumenang mahjong kecipratan profitkang somay sepeda ini ganti jadi motor berkat maxwin mahjong wins rp 32 jutamodal konsisten jp mahjong ways 2black scatter jadi cepat mengalir mahjong wins 3 dengan deposit qris jadi kuncinyamaxwin mahjong wins asal sabarpromosi mahjong ways 2slot gacor